BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengetahuan mengenai
sejarah Sriwijaya baru lahir pada permulaan abad ke-20 M, ketika George Coedes menulis karangannya berjudul Le Royaume de
Crivijaya pada tahun 1918 M.
Coedes kemudian menetapkan
bahwa, Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera
Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa, letak ibukota Sriwijaya
adalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groeneveldt
dalam karangannya, Notes on the Malay Archipelago and
Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan
bahwa, San-fo-ts‘I adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang
sekarang.
Kerajaan Sriwijaya adalah
nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing, karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di
Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 - 15 M).
Perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya
sebagai kerajaan Maritim. Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina,
India, Arab, Persia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pembentukan
dan Pertumbuhan Kerajaaan Sriwijaya?
2.
Bagaimana Budha Vajrayana di
Kerajaan Sriwijaya?
3.
Bagaimana Relasi Kerajaan
Sriwijaya dengan Kekuatan Regional?
4.
Bagaimana Masa Kejayaan Kerajaan
Sriwijaya?
5.
Bagaimana Keruntuhan Kerajaan
Sriwijaya?
6.
Bagaimana Perdagangan Kerjaaan
Sriwijaya?
7.
Bagaimana Pengaruh Budaya dan
Agama Islam?
8.
Bagaimana Warisan Sejarah
Kemaharajaan Sriwijaya?
9.
Bagaimana Silsilah para Raja
Kerajaan Sriwijaya?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembentukan dan Pertumbuhan Kerajaaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat
perdagangan dan merupakan negara maritim. Negara ini tak memperluas kekuasaan
diluar wilayah kepulauan Asia Tenggara dgn pengecualian berkontribusi utk
populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Sekitar tahun 500 akar Sriwijaya
mulai berkembang di wilayah sekitar Palembang Sumatera. Kerajaan ini terdiri
atas tiga zona utama daerah ibukota muara yg berpusatkan Palembang lembah
Sungai Musi yg berfungsi sebagai daerah pendukung dan daerah-daerah muara
saingan yg mampu menjadi pusat kekuasan saingan. Wilayah hulu sungai Musi kaya
akan berbagai komoditas yg berharga utk pedagang Tiongkok Ibukota diperintah
secara langsung oleh penguasa sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh
datu setempat.
Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan
Semenanjung Malaya menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama
di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi ditemukan reruntuhan candi-candi
Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7 pelabuhan Cham di sebelah timur
Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal
tersebut Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai
di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong di awal abad ke-8 berada di
bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasi atas Kamboja sampai raja
Khmer Jayawarman II pendiri imperium Khmer memutuskan hubungan dgn kerajaan di
abad yg sama.
Dari Prasasti Kedukan Bukit pada
tahun 682 di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang Jayanasa Kerajaan Minanga takluk
di bawah imperium Sriwijaya. Penguasaan atas Malayu yg kaya emas telah
meningkatkan prestise kerajaan.
Berdasarkan Prasasti Kota Kapur yg
yg berangka tahun 682 dan ditemukan di pulau Bangka Pada akhir abad ke-7
kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera pulau Bangka dan
Belitung hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Jayanasa telah
melancarkan ekspedisi militer utk menghukum Bhumi Jawa yg tak berbakti kepada
Sriwijaya peristiwa ini bersamaan dgn runtuh Tarumanagara di Jawa Barat dan
Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yg kemungkinan besar akibat serangan
Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan
maritim di Selat Malaka Selat Sunda Laut China Selatan Laut Jawa dan Selat
Karimata.
Abad ke-7 orang Tionghoa mencatat
bahwa terdapat dua kerajaan di Sumatera yaitu Malayu dan Kedah dan tiga
kerajaan di Jawa menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Di akhir abad ke-8 beberapa
kerajaan di Jawa antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan
Sriwijaya. Menurut catatan pada masa ini pula wangsa Melayu-Budha Sailendra
bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula Langkasuka di
semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikut Pan Pan dan
Trambralinga yg terletak di sebelah utara Langkasuka juga berada di bawah
pengaruh Sriwijaya. Di abad ke-9 wilayah kemaharajaan Sriwijaya meliputi
Sumatera Sri Lanka Semenanjung Malaya Jawa Barat Sulawesi Maluku Kalimantan dan
Filipina. Dengan penguasaan tersebut kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
maritim yg hebat hingga abad ke-13.
Setelah Dharmasetu Samaratungga
menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak
seperti Dharmasetu yg ekspansionis Samaratungga tak melakukan ekspansi militer
tetapi lbh memilih utk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa
kepemimpinan ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yg selesai pada tahun
825.
B.
Budha Vajrayana di Kerajaan Sriwijaya
Sebagaipusat pengajaran Budha Vajrayana Sriwijaya menarik
banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta
dari Tiongkok I-tsing yg melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studi
di Universitas Nalanda India pada tahun 671 dan 695 serta di abad ke-11 Atisha
seorang sarjana Budha asal Benggala yg berperan dalam mengembangkan Budha
Vajrayana di Tibet. I-tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi
ribuan sarjana Budha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.
Pengunjung yg datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan
di pesisir kerajaan. Ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana
juga turut berkembang di Sriwijaya.
C.
Relasi Kerajaan Sriwijaya dgn
Kekuatan Regional
Dari catatan sejarah danbukti arkeologi dinyatakan bahwa pada
abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh
kerajaan-kerajaan Asia Tenggara antara lain Sumatera Jawa Semenanjung Malaya
Kamboja dan Vietnam Selatan . Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda
menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan
lokal yg mengenakan biaya atas tiap kapal yg lewat. Sriwijaya mengakumulasi
kekayaan sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yg melayani pasar Tiongkok
dan India.
Pada masa awal Kerajaan Khmer juga menjadi daerah jajahan
Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya di propinsi Surat Thani
Thailand Selatan sebagai ibu kota terakhir kerajaan tersebut pengaruh Sriwijaya
nampak pada bangunan pagoda Borom That yg bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan
Sriwijaya Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya Thatong
(Kanchanadit) dan Khirirat Nikhom.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dgn kerajaan Pala di
Benggala dan sebuah prasasti berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputra
mendedikasikan seorang biara kepada Universitas Nalada Pala. Relasi dgn dinasti
Chola di India selatan cukup baik dan kemudian menjadi buruk setelah Rajendra
Coladewa naik tahta dan melakukan penyerangan di abad ke-11.
Minanga merupakan kekuatan pertama yg menjadi pesaing
Sriwijaya yg akhir dapat ditaklukkan pada abad ke-7. Kerajaan Melayu ini
memiliki pertambangan emas sebagai sumber ekonomi dan kata Swarnnadwipa (pulau
emas) mungkin merujuk pada hal ini. Dan kemudian Kedah juga takluk dan menjadi
daerah bawahan.
D.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Pada paruh pertama abad ke-10 diantara kejatuhan dinasti Tang
dan naik dinasti Song perdagangan dgn luar negeri cukup marak terutama Fujian
kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi
Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun 903 penulis
Muslim Ibnu Batutah sangat terkesan dgn kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban
kerajaan meliputi Palembang (khusus Bukit Seguntang) Muara Jambi dan Kedah. Di tahun
902 Sriwijaya mengirimkan upeti ke China. Dua tahun kemudian raja terakhir
dinasti Tang menganugerahkan gelar kepada utusan Sriwijaya. Dari literatur
Tiongkok utusan itu mempunyai nama Arab hal ini memberikan informasi bahwa pada
masa-masa itu Sriwijaya sudah berhubungan dgn Arab yg memungkinkan Sriwijaya
sudah masuk pengaruh Islam di dalam kerajaan.
E.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Rajendra Coladewa pada tahun 1025 raja Chola dari Koromandel
India selatan menaklukkan Kedah dan merampas dari Sriwijaya. Kemudian Kerajaan
Chola meneruskan penyerangan dan berhasil penaklukan Sriwijaya selama beberapa
dekade berikut keseluruh imperium Sriwijaya berada dalam pengaruh Rajendra
Coladewa. Meskipun demikian Rajendra Coladewa tetap memberikan peluang kepada
raja-raja yg ditaklukan utk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya.
Setelah invasi tersebut akhir mengakibatkan melemah hegemoni Sriwijaya dan
kemudian beberapa daerah bawahan membentuk kerajaan sendiri dan kemudian muncul
Kerajaan Dharmasraya sebagai kekuatan baru dan kemudian mencaplok kawasan
semenanjung malaya dan sumatera termasuk Sriwijaya itu sendiri.
Istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1225 tak lagi identik
dgn Sriwijaya melainkan telah identik dgn Dharmasraya dimana pusat pemerintahan
dari San-fo-tsi telah berpindah jadi dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi
tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya yg sebelum merupakan
daerah bawahan dari Sriwijaya dan berbalik menguasai Sriwijaya beserta daerah
jajahan lainnya.
Antara tahun 1079 - 1088 kronik Tionghoa masih mencatat bahwa San-fo-ts’i masih mengirimkan utusan dari Jambi dan Palembang. Dalam berita Cina yg berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 mengirim utusan dimana pada masa itu Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi yg merupakan surat dari putri raja yg diserahi urusan negara San-fo-tsi serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan rumbia dan 13 potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan dgn pengiriman utusan selanjut di tahun 1088.
Antara tahun 1079 - 1088 kronik Tionghoa masih mencatat bahwa San-fo-ts’i masih mengirimkan utusan dari Jambi dan Palembang. Dalam berita Cina yg berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 mengirim utusan dimana pada masa itu Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi yg merupakan surat dari putri raja yg diserahi urusan negara San-fo-tsi serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan rumbia dan 13 potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan dgn pengiriman utusan selanjut di tahun 1088.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yg ditulis
pada tahun 1178 Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara
terdapat dua kerajaan yg sangat kuat dan kaya yakni San-fo-ts’i dan Cho-po
(Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyat memeluk agama Budha dan Hindu
sedangkan rakyat San-fo-ts’i memeluk Budha dan memiliki 15 daerah bawahan yg
meliputi; Pong-fong (Pahang) Tong-ya-nong (Terengganu) Ling-ya-si-kia
(Langkasuka) Kilantan (Kelantan) Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah
Terengganu sekarang) Ji-lo-t’ing (Cherating pantai timur semenanjung malaya)
Ts’ien-mai (Semawe pantai timur semenanjung malaya) Pa-t’a (Sungai Paka pantai
timur semenanjung malaya) Tan-ma-ling (Tambralingga Ligor selatan Thailand)
Kia-lo-hi (Grahi Chaiya sekarang selatan Thailand) Pa-lin-fong (Palembang)
Kien-pi (Jambi) Sin-t’o (Sunda) Lan-wu-li (Lamuri di Aceh) and Si-lan
(Kamboja).
DalamKidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan juga disebut
‘Arya Damar’ sebagai bupati Palembang yg berjasa membantu Gajah Mada dalam
menaklukkan Bali pada tahun 1343 Prof. C.C. Berg menganggap identik dgn
Adityawarman. Dan kemudian pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri
menjadi raja di Malayapura sesuai dgn manuskrip yg terdapat pada bagian
belakang Arca Amoghapasa. Kemudian dari Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah yg
kemungkinan ditulis sebelum pada tahun 1377 juga terdapat kata-kata bumi
palimbang.
Pada tahun 1275 Singhasari penerus kerajaan Kediri di Jawa
melakukan suatu ekspedisi dalam Pararaton disebut semacam ekspansi dan
menaklukan bhumi malayu yg dikenal dgn nama Ekspedisi Pamalayu yg kemudian
Kertanagara raja Singhasari menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada Srimat
Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa raja Melayu di Dharmasraya seperti yg tersebut
dalam Prasasti Padang Roco. Dan selanjut pada tahun 1293 muncul Majapahit
sebagai pengganti Singhasari dan setelah Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi naik
tahta memberikan tanggung jawab kepada Adityawarman seorang peranakan Melayu
dan Jawa utk kembali menaklukkan Swarnnabhumi pada tahun 1339. Dan dimasa itu
nama Sriwijaya sudah tak ada disebut lagi tapi telah diganti dgn nama Palembang
hal ini sesuai dgn Nagarakretagama yg menguraikan tentang daerah jajahan
Majapahit.
F.
Perdagangan Kerajaaan Sriwijaya
Dalam perdagangan Sriwijaya menjadi pengendali jalur
perdagangan antara India dan Tiongkok yakni dgn penguasaan atas selat Malaka
dan selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi
seperti kamper kayu gaharu cengkeh pala kepulaga gading emas dan timah yg
membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yg melimpah ini
telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal di seluruh
Asia Tenggara.
G.
Pengaruh Budaya dan Agama Islam
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India pertama
oleh budaya Hindu dan kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha
diperkenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat
terpenting agama Buddha Mahayana. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan
Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad
ke-9. Sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu dan
kebudayaan Melayu di Nusantara.
Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yg termahsyur sebagai
bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara sekaligus sebagai pusat pembelajaran
agama Budha juga ramai dikunjungi pendatang dari Timur Tengah dan mulai
dipengaruhi oleh pedagang dan ulama muslim. Sehingga beberapa kerajaan yg
semula merupakan bagian dari Sriwijaya kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal
kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak disaat melemah pengaruh Sriwijaya.
Pengaruh orang muslim Arab yg banyak berkunjung di Sriwijaya
raja Sriwijaya yg bernama Sri Indrawarman masuk Islam pada tahun 718. Sehingga
sangat dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adl masyarakat sosial yg di
dalam terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali
raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Suriah. Bahkan disalah satu
naskah surat adl ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M) dgn
permintaan agar khalifah sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya.
H.
Warisan Sejarah Kemaharajaan
Sriwijaya
Berdasarkan Hikayat Melayu pendiri Kesultanan Malaka mengaku
sebagai pangeran Palembang keturunan keluarga bangsawan Palembang dari trah
Sriwijaya. Hal ini menunjukkan bahwa pada abad ke-15 keagungan gengsi dan
prestise Sriwijaya tetap dihormati dan dijadikan sebagai sumber legitimasi
politik bagi penguasa di kawasan ini.
Nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama
jalan di berbagai kota dan nama ini telah melekat dgn kota Palembang dan
Sumatera Selatan.Universitas Sriwijaya yg didirikan tahun 1960 di Palembang
dinamakan berdasarkan kedatuan Sriwijaya. Demikian pulaKodam Sriwijaya (unit
komando militer) PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera
Selatan)Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang) Sriwijaya TV Sriwijaya
Air (maskapai penerbangan) Stadion Gelora Sriwijaya dan Sriwijaya Football Club
(Klab sepak bola Palembang) semua dinamakan demikian utk menghormati memuliakan
dan merayakan kegemilangan kemaharajaan Sriwijaya.
Di samping Majapahit kaum nasionalis Indonesia juga
mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau
Indonesia.Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan
identitas daerah khusus bagi penduduk kota Palembang provinsi Sumatera Selatan
dan segenap bangsa Melayu. Bagi penduduk Palembang keluhuran Sriwijaya telah
menjadi inspirasi seni budaya seperti lagu dan tarian tradisional Gending
Sriwijaya. Hal yg sama juga berlaku bagi masyarakat Thailand Selatan yg
menciptakan kembali tarian Sevichai (Sriwijaya) yg berdasarkan pada keanggunan
seni budaya Sriwijaya.
I.
Silsilah
para Raja Kerajaan Sriwijaya
1.
Dapunta
Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
2.
Cri
Indrawarman (berita Cina, 724 M)
3.
Rudrawikrama
(berita Cina, 728 M)
4.
Wishnu
(Prasasti Ligor, 775 M)
5.
Maharaja
(berita Arab, 851 M)
6.
Balaputradewa
(Prasasti Nalanda, 860 M)
7.
Cri
Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)
8.
Cri
Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
9.
Cri
Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
10.
Maraviyatunggawarman
(Prasasti Leiden, 1044 M)
11.
Cri
Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sriwijaya (Srivijaya) adl kerajaan maritim yg kuat di pulau
Sumatera dan berpengaruh di Nusantara daerah kekuasaan Sriwijaya meliputi
Kamboja Thailand Semenanjung Malaya Sumatera Jawa Kalimantan dan Sulawesi.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahan mulai
menyusut dikarenakan beberapa peperangandiantara serangan dari raja
Dharmawangsa dari Jawa ditahun 990 dan tahun 1025 serangan Rajendra Coladewa
dari Koromandel selanjut tahun 1183 Sriwijaya dibawah kendali kerajaan
Dharmasraya. Dan di akhir masa kerajaan ini takluk di bawah kerajaan
Majapahit.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal dan kerajaan
besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20 kedua kerajaan
tersebut menjadi referensi olehkaum nasionalis utk menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.
Sriwijaya disebut dgn berbagai macam nama. Orang Tionghoa
menyebut Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa
Sansekerta dan Pali kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa
Arab menyebut Zabaj dan Khmer menyebut Malayu.Sementara dari peta Ptolemaeus
ditemukan keterangan tentang ada 3 pulau Sabadeibei yg berkaitan dgn Sriwijaya.
B.
Saran-saran
1. Agar
makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik
2. Agar
bisa menjadi sumber menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah
DAFTAR PUSTAKA
Bahan
dari internet :
http://forum.detik.com/sejarah-kerajaan-kerajaan-jawa-t33657.html
Bahan
dari buku :
Sejarah
Indonesia II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar